Selasa, 15 April 2014

Badandang, Layang-layang Tradisi Banjar


Badandang ialah jenis permainan tradisional masyarakat khas banjar pasca panen (kemarau) hingga menjelang musim penghujan. Biasanya layang-layang tersebut ditambahkan bunyi-bunyian dari bambu (kukumbangan/dangung), salah satu hal yang uniknya adalah "Kukumbangan" tersebut warisan/amanah dari kakek buyut mereka hingga mencapai puluhan tahun.


Main layang-layang dandang ini tidak bisa dilakukan seorang atau dua orang saja, soalnya layangan ini berukuran lebih besar dari layangan biasa. “Untuk ukuran kecil saja biasanya panjangnya mencapai 1,5 meter dan lebar 1 meter, sedangkan ukuran yang besar bisa mencapai 10 meter. Apalagi berat sebuah layangan dandang bisa mencapai 10 kilogram hingga 30 kilogram lebih dengan rangka badan yang terbuat dari kayu ulin dan diberi buntut yang panjang. Jadi untuk mengangkat dan memainkannya hingga mengudara dibutuhkan kerjasama dan gotong-royong dari semua pemain untuk bisa menaikkan layang-layang dandang tersebut. Itu letak seninya bermain layang-layang dandang,” .



Untuk membuat layang-layang ini dibutuhkan beberapa bahan seperti kayu ulin, kayu belangiran, plastik, tali nilon untuk mengikat, dan lem. Pertama-tama dibuat dulu rangka badannya menggunakan kayu ulin dan belangiran. Setelah itu barulah rangka badannya ditempeli dengan plastik. Karena ukurannya besar, terpaksa disambung dengan lem plastiknya. Setelah selesai dandang tadi diberi buntut dari sarung yang disambung atau spanduk sepanjang 5 meter hingga 7 meter,”. Setiap layang-layang yang dibuat diberi nama berbeda, ada yang dinamai Datu Pamulutan, Independen, dan lain sebagainya.



Lokasi yang dipilih adalah pematang sawah, yang sudah usai masa panen. Semakin luas areal pematang sawahnya semakin bagus.“Bedandang ini bertujuan untuk mengumpulkan para pecinta dandang yang datang dari berbagai kalangan dan usia dari Tapin dan HSS. Soalnya bedandang ini hanya ada di 2 kabupaten itu saja di Kalimantan Selatan, yang sudah diwariskan turun-temurun oleh para orang tua kita dulu dan kita lestarikan hingga saat ini,”.



Apalagi kalau dandangnya sudah mengudara tinggi, ditambah bunyi dengungan yang nyaring, membuat pemain dandang merasakan kenikmatan tersendiri dari permainan yang sudah ada sejak zaman dulu ini, Sama halnya dengan dengungan yang terbuat dari batang bambu yang sudah berumur puluhan tahun yang dipasang di layang-layang dandang.



Salah satu peserta yang bernama Dani menuturkan Dengungan ini merupakan warisan dari para orang tua mereka. Dan uniknya lagi dengungan ini tidak boleh disentuh apalagi sampai dipegang oleh perempuan yang sedang haid, pamali kata orang. “Dulu pernah ada kisah dari orang tua kami, ada seorang perempuan yang sedang haid memegang dengungan ini eh saat layangan dinaikkan, dengungannya tidak berbunyi lagi, padahal dengungan itulah yang menjadi ciri khas dari layang-layang dandang tersebut. Dan kamipun mematuhi larangan tersebut sampai sekarang dan tidak berani melanggarnya,” terang Dani.


Disebutkan Dani, setelah usai menaikkan layang-layang dandang, dengungan pun dilepas dan disimpan di dalam wadah khusus yang dibuat dari kain. “Agar dengungan ini awet hingga berumur puluhan tahun, saat disimpan diberi merica agar tidak berbubuk.



Resep ini kami dapatkan dari para orang tua kami yang kami pakai hingga sekarang. Layang-layang dandang boleh berganti setiap tahunnya, tapi dengungannya tetap menggunakan warisan para orang tua kami. Kami ingin tetap melestarikan tradisi para orang tua kami hingga ke anak cucu kami nanti, soalnya kami bisa makin rakat mufakat satu-sama lainnya dengan layang-layang dandang ini. Kalau di kampung dandang ini bisa mengudara selama 2 hari dua malam dengan bunyi dengungannya yang khas,” kata Dani.

Sumber :
https://www.facebook.com/kaos.hymunk/media_set?set=a.2389327341685.133231.1505903375&type=3
http://www.radarbanjarmasin.co.id/

1 komentar:

  1. KUKUMBANGAN jar bubuhan KANDANGAN, di andak di kalayangan dandang, asal usulnya dari kincir angin atawa cangkirik buhan Dayak Maratus Hamandit Kandangan.
    Asal usul kalayangan dandang itu dari banua sungai raya Kandangan kemudian menyebar ke tapin rantau hingga seluruh Kalimantan Selatan.
    Bagaganalan kukumbangan wayahini, tapi masih LEGENDARIS kukumbangan buhan HSS KANDANGAN tumatan bahari kala kaya raja hutan, rumbis, naga sirintik, naga siribut, raja rimba, singa padang, tabat maruk, macan dahan, panguasa langit, naga runting, dewa langit, panglima burung, gajah mada, agung basar, bubut agung, alaska, bandira, akur, macan tutul, banteng amuk, wali kutub, naga partala, maharaja, sumbing, mahapatih, sapu jagat, mayang sari, siluman, pandan harum, naga mas, luntar, sunan kalijaga, bintang mas, siwah, sumbing, macan kumbang, hayam baranakan, dewa angin, galunggung, jaranih, buhaya sakijang, kurihing balu, hayam saungan, batubara, raja bubut, buhaya taluk, zulfaqar, patih ampat, kakampul, kapas bujang, papatul, parung, naga balimbur, simking, abri, pusaka, sang hyang ismaya, naga habang, barungsai, samar kuning, cariwit, hulat rambai, prabu siliwangi, macan tanah, hayam jagau, paluntar bom, sasapu angin, lais kuning, pulas, raja kaluang, angin hantu, sumbilang, simpun, sadap malam, layang kalimasada, raja agung, wali sanga, amuk hantarukung, rumbis, sang hyang bahatala, simpun, sari nagara, naga geni, sangkuh, kilat sanja, sakumpul, ratu jumat, macan maratus, kaminting pidakan, pagat balarangan, ningmas, sangkuh, datu angin, bilaras, bumi taibah, tabat bubul, raja naga, buluh marindu, naga mas, balanai hirang, pasak, gajah barung, lukas, kapak, hayam saungan, sedap malam, balahindang, macan putih, intan sari, puputan, dasamuka, gong, kalang, buraq, pancasona, tangir, ampira, sangkakala, harimau wan rajawali.

    BalasHapus